Friday, January 21, 2011

Deding Ishak, Bekas Calon Bupati Bandung

Isteri Ingatkan, Nggak Usah Nyalon

Keinginan Deding Ishak maju di Pilkada Kabupaten Bandung, Jabar 2010 karena ada permintaan dari tokoh-tokoh Bandung yang berharap agar dirinya bisa memimpin kabupaten itu.
Apalagi , politisi Golkar ini merupakan putra asli Kota Parahyangan yang mewariskan lembaga pendidikan sejak 1926.
“Jadi, banyak tokoh yang mendorong saya. Selain itu, keprihatinan sekaligus keinginan saya turun langsung membangun tanah keturunan saya untuk lebih sejahtera,” kata Kang Deding, sapaan akrabnya, kepada Rakyat Merdeka.
Awalnya, isteri Kang Deding, Yani Dewi sudah melarangnya untuk maju di pilkada.
Saat itu, aku anggota Komisi III DPR (bidang hukum) ini, isterinya untuk tidak melanjutkan keinginannya untuk maju. “Kata isteri, pengabdian itu tidak perlu menjadi kepala daerah, tapi bisa juga dilakukan di Senayan,” ujar Kang Deding.
Selain itu, Yani Dewi khawatir adanya penilai dari masyarakat terhadap pencalonan itu.
“Dia kahwatir masyarakat menilainnya sebagai aji mumpung. Tapi, bukannya saya tidak mau mendengarkan isteri, tapi ini panggilan hati nurani,” paparnya.
Meski demikian, Kang Deding tetap terus maju di Pilkada Kabupaten Bandung yang digelar 29 Agustus 2010.
Dan hasilnya, Deding Ishak yang berpasangan dengan Iswandi harus puas berada di posisi ketiga.
dengan 229.224 suara (17,41 persen).
Di tempat pertama diraih pasangan Dadang-Deden meraih meraih 393.346 suara (29,08 persen), di ikuti pasangan Ridho-Darus dengan 285.497 suara atau 21,69 persen. Sedangkan, diperingkat terakhir ditempati pasangan Yadi-Rusna dengan 207.704 suara atau 15,78 persen.
Tapi, pasangan Deding-Iswandi tidak terima hasil rekapitulasi KPUD Bandung itu. Pasangan Deding-Suwandi menggugat proses pilkada ke Mahkamah Konstitusi (MK). Tapi, dalam putusannya, MK menolak gugatannya.
Menurut Deding, kekalahan di pilkada itu karena dirinya belum berjuang secara maksimal. Hal itu dikarenakan dirinya tengah fokus menjalani tugasnya sebagai anggota DPR.
“Saya hanya fokus di tiga bulan, dan boleh dibilang hanya 30 persen saja saya berjuang di arena pilkada,” akunya.
Meski demikian, dia mengaku tetap mengambil hikmah dibalik kegagalannya. Setidaknya, lanjut pimpinan Pesantren Al-Jawami itu, banyak dipertemukan dengan sanak keluarga yang lama tak bersua. “Setiap kali turun, saya hampir bertemu dengan keluarga yang satu keturunan,” imbuhnya.
Ditanya apakah siap maju lagi sebagai calon kepala daerah untuk periode selanjutnya, dia belum memastiakannya. “Selama partai masih mengamanatkan dan banyak dukungan dari masyarakat, saya siap. Apalagi saya masih muda,” tutupnya. QAR

No comments:

Post a Comment