Thursday, January 27, 2011

Ratih Sanggarwati, Bekas Calon Bupati Ngawi

Keok, Konsituen Banyak Yang Nangis

Kekalahan di Pilkada Ngawi, Jawa Timur (Jatim) 2010 masih menjadi kenangan bagi Ratih Sanggarwati.
Menurut Ratih, banyak konstituen mendatanginya dan merasa kecewa dengan putusan KPUD Ngawi.
“Ada yang sampai menangis-nangis karena kekalahan saya. Karena itu saya tidak akan mengecewakan konstituennya yang telah memilihnya,” papar Ratih dalam perbincangan dengan Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Pada pemilihan Bupati Ngawi itu, pasangan Ratih Sanggarwati-Choirul Anam hanya menempati posisi ketiga dari lima pasang calon yang bertarung. Pasangan yang diusung PPP ini hanya memperoleh 58.310 suara (14,24 persen). Sebagai pemenang adalah pasangan Budi Sulistyono-Ony Anwar Harsono (OK) dengan mengantongi 222.588 suara (54,38persen). Posisi runner up diraih pasangan Maryudi Wahyono-Suratno (Mars) dengan mendulang 99.059 suara (24,20 persen).
Diposisi keempat ditempai pasangan Tri Suyono-Suramto dengan 18.956 suara (4,66) persen. Tempat terakhir diisi pasangan Rosyidi-Siti Amsiyah dengan 11.085 suara (2,72) persen.
Keinginan Ratih maju di pilkada itu karena ingin memajukan dan mensejahterakan masyarakat Ngawi.
Sebenarnya, terang politisi PPP ini, di kabupaten Ngawi ada beberapa sektor yang bisa menjadi produk andalan jika digarap dengan baik. Ngawi punya potensi lebih maju dari daerah lain.
Kabupaten di Jatim ini punya infrastruktur historis, spiritual, dan alam. Bahkan, dari sisi pertanian, daerah itu memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah seperti buah melon dan pohon jati. “Tapi sampai sekarang penggarapan semua potensi itu belum berjalan maksimal,” ujar wanita kelahiran Ngawi, 8 Desember 1962 ini.
Dengan kemampuan yang dimilikinya, artis yang hampir enam tahun terjun ke dunia politik ini berusaha mengangkat daerah kelahirannya itu dari keterpurukan. “Kalau tidak kita sendiri, siapa lagi yang akan membangun kota kelahiran kita,” paparnya.
Bahkan, salah satu niatan awal Ratih maju di pilkada karena ingin mencerdaskan kaum hawa di Ngawi.
Meski dengan dana terbatas, dia mengaku terus memberikan kursus keahlian bagi kaum wanita seperti merias dan memberikan pendidikan politik guna meluruskan cara pandang masyarakat dalam memilih calon kepala daerah.
“Saat ini, selain tetap aktif di partai, saya juga keliling daerah guna meningkatkan peranan wanita dari sisi SDM,” cetusnya.
Ratih menyayangkan adanya pemikiran bahwa dengan uang pemilih dapat memberikan dukungannya di pilkada.
“Kalau sudah seperti itu, saya khawatir akan saling memanfaatkan antara konstituen dengan calon kepala daerah. Saat pilkada konstituen akan memanfaatkan calon, setelah selesai, calon terpilih akan memanfaatkan konstituen untuk mencari keuntungan besar,” ungkap bekas model ini.
Ditanya apakah akan mencalonkan lagi di Pilkada Ngawi berikutnya, Ratih mengaku tak akan menyerah.
Kekalahan di Pilkada 2010 itu bukan alasan kandasnya niat Ratih untuk mewujudkan kesejahteraan di tanah kelahirannya. “Jika nanti saya masih dikasih kesempatan, dan memiliki semangat sama, kenapa tidak,” tutupnya.QAR

No comments:

Post a Comment