Friday, January 21, 2011

Zainuddin Hasan, Bekas Calon Bupati Lampung Selatan

Ogah Ungkit Keburukan Lawan Politik

Kekalahan di Pilkada Kabupaten Lampung Selatan 2010, tidak membuat Zainuddin Hasan berkecil hati.
Bekas calon Bupati Lampung Selatan yang berpasangan dengan roker 80-an Ikang Fauzi ini terus melakukan intropeksi diri dengan kekalahan yang dialaminya itu. Adik kandung Menhut Zulkifli Hasan ini
mengaku masih banyak kekurangan dalam dirinya sehingga rakyat belum mempercayainya sebagai orang nomor satu di Lampung Selatan.
“Sepertinya rakyat belum mau dipimpin. Itu artinya kita masih banyak kekurangannya. Saya akan perbaiki diri, dan tidak ingin ungkit keburukan lawan politiknya,” kata Zainuddin saat berbincang dengan Rakyat Merdeka.

Berdasarkan hasil rapat pleno rekapitulasi KPUD Lampung Selatan Nomor 270/323/08.01/KPU-LS/07/2010 pasangan Zainudin Hasan-Ikang Fauzi hanya berada diperingkat ketiga dari tujuh pasangan yang ikut bertarung.
Pasangan yang diusung PAN, PPP dan Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) ini hanya memperoleh 118.098 suara (25,48 persen).
Di urutan teratas diduduki pasangan
Rycko Menoza -Eki Setyanto. Pasangan yang diusung PDIP dan Partai Demokrat ini meraih 166.089 suara (35,85 persen). Sementara posisi kedua ditempati
pasangan incumbent Wendy Melfa-Antoni Imam dengan 126.427 suara (27,28 persen).
Kegagalannya di pilkada itu akan menjadi pembelajaran dalam berpolitik. Meski kalah, bukan berarti Zainuddin tidak bisa memberikan sesuatu yang berharga atau kesejahteraan untuk orang banyak.
Sebab ada ucapan Nabi, “sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.”
“Jadi, saya akan tetap berusaha untuk lebih baik menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat Lampung Selatan khususnya,” paparnya.
Kekalahan itu, lanjut Zainuddin, justru menyadarkan dirinya tentang kondisi perpolitikkan tanah air.
Meski demikian, dia enggan mengulas berbagai dugaan kecurangan yang dilakukan masing-masing rivalnya ataupun kekecewaannya atas partisipasi masyarakat.
Kegagalannya itu, pyur karena minimnya waktu dalam berinteraksi secara langsung dengan konstituen. Bagaimana bisa menang, kalau kita bersentuhan dengan masyarakat hanya dalam kurun waktu empat bulan,” katanya.
Dia mengakui, dana yang dikeluarkan untuk kompetisi pilkada itu sangat besar. Tapi, dia ogah menyebutkan jumlahnya.
Jika ikut pilkada tentunya memerlukan dana tidak sedikit. Ya, anggap saja biaya pilkada yang saya keluarkan itu sebagai biaya sekolah,” katanya. QAR

No comments:

Post a Comment